Sabtu, 24 Desember 2016

Ketika Ada yang Wafat

Walaupun sampai saai ini belum ada tanda-tanda bahwa kematian akan segera menjumpai kita, dengan perhitungan merasa masih sangat muda dan merasa sangat sehat, namun kita telah menyaksikan banyak manusia, baik orang terdekat kita seperti orangtua, rekan kerja, teman kuliah atau pun orang yang sama sekali tidak kita kenal, mereka semua telah pergi mendahului kita kembali keharibaan-Nya. Mereka telah lebih dahulu meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam keabadian.
Keika ada orang yang wafat, sudah semestinya menjadi bahan perenungan mendalam bagi kita, bahwa pasti suatu saat kitalah yang harus pergi mengikuti jejak langkah mereka. Yakinkan pada diri, sesungguhnya di antara yang telah mati pun terdapat orang-orang yang menyangka hidupnya akan lebih lama, sehingga mereka pun bekerja keras untuk bekal hidup, membeli mobil untuk keperluan perjalanan, dan membangun rumah mewah untuk tempat tinggalnya. Tapi harapan tinggal harapan, secara sekonyong-konyong harus diputus dengan hadirnya kematian, tidak ada yang berguna baginya selain selembar kain kafan, keranda mayat dan tanah pekuburan yang sangat sempit.
Mengingat kematian manusia lain merupakan obat yang paling manjur untuk mengingatkan kematian atas diri kita. Usia muda dan badan yang prima, sedikit pun tidak menjadi jaminan keperkasaan kita melawan malakal maut yang bertekad mencabut nyawa. Apalagi di era kehidupan ini, ketuaan dan sakit bukanlah satu-satunya penyebab kematian, tetapi banyak hal. Bisa saja kereta api yang kita tumpangi anjlok, motor kita menabrak bis, pesawat terbang yang tiba-tiba lepas kendali dan sebab-sebab lain yang menurut data statsitik, jauh lebih banyak dibandingkan faktor ketuaan dan sakit.
Benarlah firman Allah Azza wa Jalla, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumuah: 8).
Oleh karena itu, masihkah kita mau berlindung di bawah naungan dunia yang melalaikan ini untuk menghindari kematian, padahal sudah sampai kepada kita pengetahuan yang begitu jelas. Renungkanlah pesan Imam Al-Qurthubi, “Sungguh beruntung orang yang mengingatnya (mati), ia telah menyiapkan untuk kehidupan yang akan datang segala perbekalan dan persiapan untuk menghadapi hari yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Hanyasanya jiwa yang keruh dan kelalaian hati yang dikotori perbuatan dosa dan maksiat membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengenang kematian dan memperbaiki diri. Sungguh celakalah bila ajal telah dekat dan tiada bekal yang disiapkan.”
Saudaraku, kematian adalah realitas tak terbantahkan. Mengingatnya merupakan keyword atau kata kunci meraih kemuliaan, dan segera mengumpulkan bekal amal adalah jalan menuju keselamatan. Ya Allah, karuniakanlah kepada kami husnul khatimah. Amin. 


Penulis : RAMDAN PRIATNA, S.Sos.I
1.     Direktur UPU
2.    Kepala Sekolah SDIT BAHTERA NUH
3.    Ketua Forum Komunikasi Aktivis Dakwah

0 komentar:

Posting Komentar