Sabtu, 31 Desember 2016

Ketika Anak Suka Berbohong

Di antara tugas orangtua adalah mendidik buah hatinya menjadi manusia yang jujur dan jauh dari perilaku bohong. Jika banyak orang yang merasa beruntung dengan kebohongan, maka para orangtua harus mengajarkan kepada anaknya bahwa keberuntungan itu hanya akan diperoleh melalui sikap jujur.

Mengapa Anak Suka Berbohong?
Ada banyak penyebab mengapa anak berbohong. Bisa jadi contoh buruk dari orangtua dan lingkungannya. Maksudnya, si anak meniru kebohongan yang dilakukan orangtua dan lingkungannya hidup. Bisa juga karena si anak menghindarkan diri dari hukuman. Ia berbohong karena khawatir mendapatkan hukuman dari orangtua, guru, atau temannya baik hukuman itu bersifat fisik atau pun non fisik (hukuman verbal). Jadi ia trauma atas perlakuan orangtua pada dirinya. Misal, si anak memecahkan piring. Datanglah orangtua dengan wajah marah. Si anak takut karena sebelumnya juga pernah memecahkan piring dan dihukum pukul oleh orangtuanya.
Kemungkinan lainnya anak berbohong adalah untuk menarik simpati dan perhatian. Misalnya untuk menarik simpati dan perhatian teman-temannya, ia mengaku pernah naik kapal terbang bersama ayahnya. Padahal ia sama sekali tidak naik kapal terbang, pergi ke bandara pun tidak pernah. Kemungkinan selanjutnya, anak berbohong untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Anak mengetahui bahwa dia tidak akan dapat memperoleh apa yang diinginkannya jika bersikap jujur. Oleh karena itu, anak berbohong demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Misal ia berkata pada temannya, “Eh, itu mobil-mobilanmu ada kotoran ayamnya. Ih jijik. Setelah dibuang oleh temannya, mobil-mobilan pun malah diambil olehnya.”
Menghadapi Anak yang Suka Berbohong
1.  Sebagai orangtua kita dituntut untuk bijaksana. Bila kita mendapati anak berbohong, kita tidak boleh langsung marah-marah, mengadili anak dengan berbagai macam konsep dosa dan neraka. Efeknya, anak akan tetap berbohong.
2. Cari tahu benarkah anak berbohong dan untuk apa ia berbohong. Tidak perlu marah, bersikap menyelidik, menghakimi, atau dengan mengancam. Jika anak merasa terancam, lain waktu ia tidak akan mengaku, bahkan akan berusaha mengarang kebohongan lain.
3. Jika anak berbohong, beri pengertian kepada anak bahwa perilaku berbohongnya tidak disukai dan dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Misal akan dijauhi teman, Anda bisa menceritakan kisah penggembala yang berbohong dan serigala.
4.  Hukuman boleh diberikan jika kadar dan akibat kebohongannya benar-benar parah. Namun jangan menghukum dengan hukuman fisik. Berikan hukuman yang mendidik, misalnya berupa memutus beberapa fasilitas anak. Anak dilarang menonton acara televisi kesukaannya atau memberikan tugas membersihkan kamar tidur.

Apakah Sama Sekali Tidak Boleh Berbohong?
Seringkali, orangtua menemui kesulitan saat harus mengatakan kebenaran pada anak. Itu sebabnya, sadar atau tidak sadar, orangtua sering melontarkan ‘bohong putih’.
Misal ada anak yang kulitnya hitam. Si anak mengadu kepada ayahnya karena sering diledek oleh teman-temannya. Kemudian sang ayah menghibur anaknya ini dengan mengatakan bahwa kulit anaknya tidak hitam. Sang ayah meyakinkan anaknya bahwa teman-temannya salah. Ini dinamakan ‘bohong putih’ alias White lie.
'Bohong putih' sering diartikan para orangtua sebagai kebohongan untuk tujuan baik. Dalam hal ini, untuk menyederhanakan masalah atau melindungi kepolosan anak yang belum cukup umur mengerti topik pembicaraan tertentu.
Meski banyak orang menganggap 'berbohong putih' yang dilakukan sesekali tidak apa-apa, namun dari sisi psikologi perkembangan anak, ‘berbohong putih’ tetaplah suatu kebohongan yang bisa berdampak negatif bagi anak. Dengan melakukan ‘berbohong putih’, maka si anak telah menerima pesan yang salah dan membingungkan, yang dapat mempengaruhi mereka dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Dengan melakukan ‘berbohong putih’ sama dengan mengajarkan pada anak untuk meniru orangtuanya jika kelak ia berada di situasi sama.
Jadi, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Ahli perkembangan anak mengatakan bahwa yang terbaik adalah menghindari berbohong. Selalu jawab dengan jujur dan beri anak penjelasan sesuai kemampuannya menyerap informasi.
Bahkan berdasarkan ilmu psikologi, anak yang suka dibohongi walaupun white lie akan jadi penakut. Misal anak yang susah makan, lalu kita katakan, “Kalau kamu tidak mau makan, nanti kamu ditangkap polisi, atau sakit dan disuntik oleh dokter galak, atau akan didatangi pocong.” Akhirnya anak tumbuh dengan perasaan takut ketemu polisi, dokter, dan percaya pocong. []


Penulis : RAMDAN PRIATNA, S.Sos.I
1.     Direktur UPU
2.    Kepala Sekolah SDIT BAHTERA NUH

3.    Ketua Forum Komunikasi Aktivis Dakwah

0 komentar:

Posting Komentar