Dengan melancarkan perang urat syaraf, musuh Islam
menghendaki berbagai tujuan. Diantaranya. Pertama,
mendangkalkan akidah hingga pemurtadan. Jika banyak muslim yang murtad, maka
Islam menjadi lemah dari segi kuantitas. Kedua,
menumbuhkan keraguan terhadap ajaran islam. Mereka menyebut syariat Islam sudah
tertinggal oleh jaman, tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan sekarang,
hukum potong tangan, dan rajam disebut tidak manusiawi. Intinya membuat ragu
kaum muslimin terhadap agamanya.
Ketiga, mereka menciptakan
sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) di jiwa umat Islam. Keempat, menumbuhkan Islamphobia baik pada kalangan (umat)
Islam maupun kalangan non-islam. Mereka menciptakan istilah, “Perang melawan
Teroris” dan yang mereka jadikan sebagai teroris adalah umat islam yang
berjuang untuk menegakkan Islam. Kelima,
merusak moral kaum muslimin dengan pergaulan bebas.
Tidak ada lagi jalan untuk menghadapi kekuatan kaum kafirin
dalam perang urat syaraf ini, kecuali terlebih dahulu mengembalikan umat Islam
pada sumber kekuatan yang utama, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman
generasi Islam pertama, yaitu generasi Rasul dan para sahabat, tabi’in dan
tabiut tabi’in. Menempuh jalan ini berarti membuka wawasan umat untuk mengenal
siapa kawan dan mana lawan. Dengan jalan ini pula kran semangat jihad, iqamatul hujjah (penegakkan hujjah) akan
mengalir di dada kaum muslimin dengan ditopang oleh iqamatul quwwah (penegakkan kekuatan).
Melawan arogansi
kuffar yang kadung menggurita, umat Islam harus mau kembali pada gerakan
dakwah, yakni mensinergiskan antara dakwah kultural dan dakwah struktural.
Seperti yang dilakukan di beberapa daerah yang berdakwah kultural dengan
membuat lingkungan yang se-islami mungkin, meniadakan papan-papan reklame yang
tidak senonoh dan menggantikannya dengan billboard-billboard bertuliskan
ayat-ayat suci Al-Quran yang disesuaikan dengan tempatnya, di terminal dipasang
ayat-ayat yang melarang perjudian, mabuk-mabukan, di pasar ada larangan menipu
dan berbuat curang.
Sedangkan dakwah struktural dilakukan oleh pejabat setempat yang
mengintruksikan seluruh pegawai muslimah negeri, siswi SLTP dan SLTA untuk
menggunakan busana muslimah. Dampaknya, tidak jarang orang segan masuk ke
kantor tanpa salam terlebih dahulu. Namun sayang, kebijakan yang sudah positif
ini, karena pergantian kepemimpianan, akhirnya di beberapa daerah ada yang
diubah kembali. Karena sang pemimpin tersebut memang bukan orang Islam dan
memusuhi umat Islam.
Dr. Muhammad Sayyid Al-Musayyar mengatakan, untuk menangkal
musuh-musuh Islam, kaum muslimin perlu mempersiapkan para da’i yang
realisasinya sampai tingkat internasional dengan upaya sebagai berikut:
1. Mendirikan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan dan
universitas-universitas di negara-negara Islam dengan menjadikan akidah
Islamiyyah sebagai landasan berfikir.
2.
Menambah jumlah beasiswa bagi anak-anak muslim untuk
memperdalam agama.
3. Mendirikan lembaga-lembaga riset dan terjemah untuk
meng-counter setiap tuduhan dan syubhat tentang Islam.
4. Memberi bantuan untuk mencetak mushaf Al-Quran dan
menterjemahkannya ke dalam berbagai bahasa di dunia.
5. Menghidupkan budaya wakaf dan investasi untuk
pengembangan masyarakat Islam yang miskin.
Selain itu, beliau juga mengusulkan agar umat Islam melakukan
reformasi terhadap media. Reformasi media yang ia maksud ini mencakup beberapa
sisi sebagai berikut:
1. Tujuan media massa tersebut adalah pemantapan terhadap
dakwah Islam, membangun kepribadian islami, dan implementasi secara shahih
terhadap kehidupan islami.
2. Agar yang disiapkan menjadi orang pers tersebut adalah
orang-orang dakwah yang memerankan tujuan agung dan menampilkan sosok muslim
sejati.
3.
Agar lebih mengutamakan problematika keislaman
kontemporer dengan kaca mata Islam.
4. Agar lebih menampilkan sisi perjuangan Islam modern,
khususnya dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan militer.
5. Agar memberikan model pendidikan yang mencoba meraih
ketinggian dan kehormatan dalam hal selera, pemikiran, dan moral. Bukannya
memenuhi nafsu dan syahwat manusia.
Sesungguhnya, andai umat Islam bersegera kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan
pemahaman yang benar, yaitu pemahaman generasi Islam pertama, juga bersegera
melaksanakan beberapa nasehat ulama di atas, pasti Islam akan segera berjaya
kembali mengatur dunia, dan Barat akan gulung tikar dalam kehinaan dan
kehancuran. Insya Allah.[]
Penulis : RAMDAN PRIATNA, S.Sos.I
1. Direktur UPU
2. Kepala Sekolah SDIT BAHTERA NUH
3. Ketua FKAD (Forum Komunikasi Aktivis Dakwah)
0 komentar:
Posting Komentar