Al-Hafid Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah,
“Qunut adalah suatu doa di dalam shalat
pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri.” (Fathul Bary, Imam Ibnu
Hajar Al-Asqalany, 2/490.) Nazilah
artinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk
gempa, banjir, pembantaian, penyerangan, penganiayaan dan lain sebagainya.
Menurut Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah,
qunut ialah satu istilah yang diberikan kepada doa yang sesuai dengan sesuatu
keadaan atau ketika berlakunya sesuatu bencana. Inilah apa yang dinamakan
sebagai qunut nazilah. (Ibnu
Al-'Utsaimin, Syarah Bulugh Al-Maram, Kitab Ash-Shalah, 224).
Hukum membaca
qunut nazilah
Qunut nazilah sunnah untuk dibaca jika ada sebab-sebab adanya bencana atau
musibah yang menimpa kaum muslimin. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Qunut ini disunnahkan ketika terjadi
musibah besar. Pendapat ini merupakan pendapat ulama ahli fiqh dari kalangan
ahli hadits, pendapat ini juga merupakan pendapat Khulafa Al-Rasyidin.”(Majmu
Al-Fatawa 23/108).
Berdasarkan riwayat daripada Anas bin Malik,
أَنَّ رِعْلاً
وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ اسْتَمَدُّوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَدُوٍّ فَأَمَدَّهُمْ بِسَبْعِينَ مِنَ
الْأَنْصَارِ كُنَّا نُسَمِّيهِمُ الْقُرَّاءَ فِي زَمَانِهِمْ كَانُوا
يَحْتَطِبُونَ بِالنَّهَارِ وَيُصَلُّونَ بِاللَّيْلِ حَتَّى كَانُوا بِبِئْرِ
مَعُونَةَ قَتَلُوهُمْ وَغَدَرُوا بِهِمْ فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو فِي الصُّبْحِ عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ
أَحْيَاءِ الْعَرَبِ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لَحْيَانَ
“Bahwa Bani Ri’lin, Zakwan, Usaiyah dan Bani
Lahyan pernah meminta pertolongan pada Rasulullah untuk menghadapi musuh
mereka. Maka baginda mengirim bantuan sebanyak 70 orang sahabat dari golongan
Anshar. Kami menamakan mereka sebagai Al-Qurra, mereka dahulunya mengedarkan
makanan untuk orang-orang yang memerlukan pada siang hari dan banyak menunaikan
shalat pada malam hari. Sampailah mereka di Bi’ri Ma’unah, tiba-tiba mereka dibunuh
dan dikhanati oleh kabilah-kabilah tersebut. Ketika berita itu sampai kepada
Nabi, baginda membaca qunut (nazilah) selama sebulan dan berdoa dalam shalat shubuh
untuk ditimpakan balasan atas pengkhianatan Bani Ri’lin, Zakwan, ‘Usayyah dan
Bani Lahyan.” (H.R. Al-Bukhari).
Qunut nazilah adalah disyariatkan ketika terjadi musibah. Sunnah qunut
nazilah ini merupakan pendapat para ulama dari mazhab Hanafiyyah, Malikiyyah,
Syafi’iyyah, Hanbaliyyah dan lain-lainnya. Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Apabila
turun musibah kepada kaum muslimin disyariatkan membaca qunut nazilah pada
seluruh shalat wajib.” Syarhus Sunnah karya Imam Al-Baghawi, 2/279.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
berkata, “Apabila turun bencana kepada
kaum muslimin, hendaknya imam melakukan qunut dan diaminkan oleh orang yang di belakangnya.”
(Al-Mughni, 1/450). Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata, “Di kalangan ulama ada tiga pendapat tentang
qunut. Yang paling benar dari tiga pendapat tersebut adalah, qunut disunnahkan
ketika ada keperluan” (Taudhih Al-Ahkam, Imam Ibnu Taimiyyah).
Tata cara
membaca qunut nazilah
1. Qunut Nazilah hanya dilakukan karena adanya
sebab, yaitu musibah besar yang melanda kaum muslimin. Jika musibah telah
berakhir, maka tidak dilakukan lagi.
Sedangkan qunut Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang dilakukan selama sebulan penuh
bukanlah pembatasan. Rasulullah tidak meneruskan pelaksanaan qunut nazilah setelah
sebab yang menjadi alasan beliau untuk melakukan qunut nazilah telah hilang.
Yaitu dalam hal ini, datangnya para sahabat yang didoakan Rasulullah dalam doa
qunut dengan selamat. Hal ini didasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, “Selama sebulan penuh Rasulullah
shallallahu
’alaihi wa sallam setelah membaca سمع اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ pada rakaat
terakhir dari shalat Isya beliau membaca doa qunut: ‘Ya Allah, tolonglah
‘Iyyash bin Abi Rabi’ah. Ya Allah, tolonglah Walid bin Walid. Ya Allah,
tolonglah Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah orang-orang lemah dari kaum
mukminin. Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang yang durhaka. Ya
Allah, jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang
dilewati Yusuf’.”
Ibnul Qoyyim berkata, “Qunut nazilah dilakukan karena ada musibah yang menimpa suatu kaum
atau beberapa orang. Dan qunut nazilah tidak dilakukan lagi setelah orang yang
didoakan tersebut datang, atau telah terbebas dari tawanan, atau telah pulang
dengan selamat, atau orang yang didoakan keburukan telah bertaubat. Karena
disyariatkan qunut nazilah adalah untuk menghilangkan musibah tersebut, maka
setelah hilang tidak lagi dilakukan qunut nazilah.” [Zaadul Ma’ad 272/1]
2.
Membatasi doa qunut pada apa yang menjadi musibah
saat itu.
Tidak dianjurkan menambah doa tentang hal lain
pada doa qunut. Karena yang benar adalah mencukupkan doa qunut pada apa yang
menjadi musibah saat itu saja. Inilah yang nampak dari dalil-dalil yang telah
lalu dan juga dalil yang lain bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengulang-ulang doa qunut yang sama
ketika beliau melakukan doa qunut dalam sebulan penuh. Walau terkadang beliau
berdoa qunut dengan doa yang agak sedikit berbeda.
3.
Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam melakukan praktek berdoa qunut nazilah pada lima shalat waktu.
Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam berdoa qunut
pada shalat shubuh, dhuhur, maghrib, dan isya. Adapun pada shalat Ashar
diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad jayyid.
Kebanyakan riwayat menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam paling
sering berdoa qunut pada shalat Shubuh.
Ibnu Taimiyah berkata, “Disyariatkan doa qunut saat terjadi musibah pada shalat shubuh dan
shalat wajib yang lain, untuk mendoakan kaum mukminin dan mendoakan keburukan
untuk kaum kuffar. Sebagaimana Umar berdoa qunut untuk memerangi orang Nashara
dengan doa اللهم العن كفرة أهل الكتاب” [Majmu’ Fatawa 270/22].
Beliau juga berkata, “Doa qunut paling banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi
wa sallam pada shalat shubuh.” [Majmu’ Fatawa 269/22].
Ibnul Qoyyim berkata, “Petunjuk Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dalam berdoa qunut adalah
mengkhususkannya hanya pada saat terjadi musibah dan tidak melakukannya jika
tidak ada musibah. Selain itu tidak mengkhususkan pada shalat shubuh saja,
walaupun memang beliau paling sering melakukan pada shalat shubuh” [Zaadul
Ma’ad 273/1].
4.
Doa qunut dilakukan pada rakaat terakhir setelah
bangun dari ruku.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, ia berkata, “Sungguh aku bersungguh-sungguh dalam
mencontoh shalat Rasulullah shallallahu ’alaihi
wa sallam”. Dan pernah Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berdoa qunut pada
rakaat terakhir shalat dhuhur dan shalat isya serta shalat shubuh setelah
membaca سمع اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ kemudian ia berdoa untuk kebaikan kaum mukminin
dan keburukan kaum kafir.” [H.R.
Bukhari-Muslim]
5. Tidak menambahkan shalawat kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam di akhir
doa qunut nazilah. Tidak pula memulai bacaan qunut dengan puji-pujian kepada
Allah.
Karena hal ini (yaitu mengawali qunut nazilah dengan
tahmid/puji-pujian kepada Allah dan menutup dengan shalawat) tidak dilakukan
oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam sama sekali. Nabi hanya bertakbir kemudian sujud tanpa membaca shalawat
atau apapun tambahan doa (selain doa qunut nazilah), jika telah selesai membaca
doa qunut nazilah. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasai,
Ahmad dan As-Siraj, serta Abu Ya’la di dalam Musnad-nya dengan sanad yang jayyid
bahwa Nabi jika telah selesai membaca doa qunut (nazilah), ia bertakbir
kemudian sujud. (Kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah
Al-Muyassarah fi Fiqhil Kitab wa Sunnah Al-Muthaharah, hal 133/2 oleh Husain
ibnu ‘Audah.)
Hukum asal ibadah adalah tauqifiyyah, tidak boleh menyengaja dalam doa atau zikir dengan
dikaitkan pada sebab atau waktu tertentu kecuali berdasarkan atas dalil. Adapun
yang diriwayatkan dari sebagian sahabat (tentang bacaan shhlawat ) adalah pada qunut
dalam shalat witir.
6.
Yang sesuai dengan syariat, doa qunut itu
ringkas.
Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam tidak berdoa qunut dengan bacaan yang panjang.
Sebagaimana hadits dari Anas radhiyallahu
’anhu saat ada yang bertanya, “Apakah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berdoa qunut pada shalat shubuh?”.
Anas menjawab, “Ya. Setelah ruku, dengan
doa yang ringkas.” [H.R. Muslim].
7. Qunut nazilah tidak memiliki lafad tertentu.
Lafadnya disesuaikan dengan musibah yang sedang terjadi.
Adapun doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam kepada
Al-Hasan yang berbunyi,
اللَّهُمَّ
اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ
تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ
فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
“Ya Allah, berilah aku petunjuk
di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di
antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara
orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau
berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau
tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku,
sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong.
Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi)” (H.R.
Abu Daud No. 1425, An-Nasai no. 1745, At-Tirmidzi no. 464. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ini adalah doa qunut pada shalat Witir. Dan tidak
terdapat riwayat yang menetapkan bahwa doa ini dibaca Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pada qunut
nazilah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Disunnahkan untuk melakukan qunut nazilah ketika
ada musibah, dan disunnahkan pula padanya mendoakan kaum muslimin yang sedang
diperangi (musuh).” [Majmu’ Fatawa, 155/21]
Beliau juga berkata, “Dianjurkan seseorang yang melakukan qunut nazilah berdoa sesuai dengan
musibah yang terjadi saat itu. Dan jika dalam doanya ia menyebutkan kaum mukminin
yang diperangi atau mendoakan kehancuran bagi orang-orang kafir yang memerangi
mereka, maka itu adalah sebuah kebaikan.” [Majmu’ Fatawa, 271/22]
Beliau juga berkata, “Umar radhiyallahu ’anhu melakukan qunut nazilah ketika musibah menimpa
kaum muslimin. Dan beliau berdoa dengan doa yang sesuai dengan musibah yang
terjadi. Sebagaimana Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berdoa qunut pertama
kali untuk mendoakan kehancuran bagi Kabilah Bani Sulaim yang telah membunuh
para pembaca Al-Quran. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam berdoa sesuai
dengan keadaan tersebut. Kemudian pada kesempatan lain Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam mendoakan para sahabat yang dalam keadaan lemah. Pada
kesempatan inipun Rasulullah berdoa sesuai dengan keadaan.”
Berdoa dengan lafad doa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang sesuai dengan musibah yang
terjadi pada masa kita sekarang ini adalah sebuah kebaikan. Yaitu misalnya
dengan lafad,
الَّلهُمَّ
أَنْجِ إِخْوَانَنَا اْلمسلمينَ فِي فَلِسْطِيْنَ ، الَّلهُمَّ اْنصُرْهُمْ ،
الَّلهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ على اليهودِ المجرمينَ ومَنْ شَايَعَهُمْ
وَأَعَانَهُمْ ، الَّلهُمَّ اْلعِنْهُمْ ، الَّلهُمَّ اْجعَلْهَا عَلَيْهِمْ
سِنِيْنَ كَسِنِي يُوْسُفَ
“Ya Allah,
berilah kemenangan pada kaum muslimin di Palestina. Ya Allah, tolonglah mereka.
Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang Yahudi yang nista, juga kepada
sekutu dan pendukung mereka. Ya Allah, jatuhkan laknat kepada mereka dan
jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati
Yusuf.”
Karena doa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam lebih utama dan juga telah mencakup
apa yang dimaksudkan.
8.
Disyariatkan bagi imam shalat untuk mengeraskan
suara (dijaharkan ) saat berdoa qunut.
Hal ini didasarkan pada hadits Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, “Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam jika ingin mendoakan kebaikan bagi seseorang,
atau mendoakan keburukan bagi seseorang, beliau berdoa qunut setelah ruku
setelah membaca سمع اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ beliau membaca:
‘Ya Allah bagi-Mu segala pujian. Ya Allah, tolonglah Walid bin Walid. Ya Allah,
tolonglah Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah ‘Iyyash bin Abi Rabi’ah. Ya
Allah, tolonglah orang-orang lemah dari kaum mukminin. Ya, Allah sempitkanlah
jalan-Mu atas orang-orang yang durhaka. Ya Allah, jadikanlah tahun-tahun yang
mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati Yusuf’. Beliau membacanya
dengan suara keras” [H.R. Bukhari]
9.
Disyariatkan bagi makmum untuk ta’min (mengamini) doa imam pada saat
berdoa qunut.
Berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma yang menceritakan qunut
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, “Beliau mendoakan kutukan terhadap Bani
Sulaim dan terhadap Ri’lan, Dzakwan dan ‘Ashiyyah. Dan orang-orang yng di belakang
beliau pun mengamininya.” [H.R. Ahmad, Abu Dawud dengan sanad jayyid]
10.
Disyariatkan mengangkat kedua tangan dalam doa qunut.
Dari Abu Rafi’, ia berkata, “Aku shalat di belakang Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu, beliau
berdoa qunut setelah bangun dari ruku sambil mengangkat kedua tangannya dan
membaca doa dengan suara keras.” [H.R. Baihaqi, ia berkata, “Riwayat ini shahih di nisbatkan kepada
Umar”. Dinukil dari Sunan Baihaqi 212/2]
11.
Tidak disyariatkan mengusap wajah setelah selesai
berdoa.
Karena riwayat yang menjelaskan tentang mengusap
wajah setelah berdoa derajatnya dhaif dan tidak bisa dijadikan hujjah.
Al-Baihaqi berkata, “Adapun mengusap
wajah setelah selesai berdoa qunut, aku tidak mendapatkan ada ulama salaf yang
berpendapat demikian dalam doa qunut. Namun hal ini diriwayatkan sebagian salaf
dalam doa di luar shalat. Dan hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tentang
mengusap wajah derajatnya dhaif. Memang hal ini telah dilakukan sebagian salaf
di luar shalat, tetapi di dalam shalat tidak ada hadits shahih, ataupun atsar
maupun qiyas yang mendasarinya. Dan yang lebih baik adalah tidak melakukannya
dan mencukupkan diri pada apa yang diterapkan para salaf radhiyallahu ’anhum,
yaitu mengangkat tangan tanpa mengusap wajah setelahnya. Wabillahit Taufiq”
[Sunan Baihaqi, 212/2].
Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun tentang mengusap wajah dengan kedua tangan tidak ada dalilnya
kecuali satu atau dua hadits yang tidak dapat dijadikan hujjah (karena dhaif).”
[Majmu’ Fatawa, 519/22].
12.
Yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang ada yaitu
bahwa qunut nazilah dilakukan pada shalat berjamaah.
Sedangkan qunut nazilah pada shalat Jumat, atau
shalat nafilah, atau shalat sendirian tidak ada dalil tegas yang
menjelaskannya. Abdurrazzaq membuat bab yang berjudul, “Bab Qunut pada Shalat Jumat” pada Al-Mushonnaf (194/3) miliknya. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (46/2) miliknya membahas
tentang qunut pada shalat Jumat. Begitu juga Ibnu Mundzir dalam Al-Ausath (122/4). Mereka semua
menyebutkan riwayat dari para sahabat bahwa mereka meninggalkan dan mencela qunut
pada shalat Jumat. Namun tidak disebutkan dalam riwayat-riwayat tersebut bahwa
yang dimaksud adalah qunut nazilah. Sedangkan dalil-dalil tidak ada yang secara
tegas melarang qunut nazilah pada shalat Jumat.
Al-Mardawi berkata, “Rasulullah melakukan qunut pada setiap shalat wajib kecuali shalat Jumat.
Inilah pendapat yang benar dari mazhabku karena terdapat nash tentangnya. Pendapat
inilah yang dipilih Al-Majid dalam syarah-nya, juga Ibnu ‘Abdaus dalam At-Tadzkir,
serta Syaikh Taqiyyuddin dalam Al-Wajiz merajihkan pendapat ini. Sebagian ulama
berpendapat: ‘Qunut nazilah juga dilakukan pada shalat Jumat’. Pendapat ini
dipilih oleh Al-Qadhi. Namun pendapat ini bertentangan dengan nash.” (Al-Inshaf,
175/2).
13.
Seorang makmum mengikuti imamnya dalam memutuskan
ber-qunut atau tidak
Bila imam berqunut, maka makmum mengikutinya
berqunut. Jika imam tidak berqunut, maka begitu pula makmum. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang imam diangkat untuk
diikuti.” Beliau juga bersabda, “Jangan
kalian menyelisihi imam kalian.” Juga sabda beliau yang terdapat dalam Shahih
BukharI, “Shalatlah kalian bersama imam.
Jika shalatnya imam benar, pahalanya untuk dia dan untukmu. Jika shalatnya imam
salah, pahalanya untukmu dan dosanya untuk dia.” (Majmu’ Fatawa,
115-116/23)
Contoh
Doa-Doa Qunut Nazilah
Tidak ada lafad yang
khusus dalam qunut nazilah. Hanya di bawah ini kami sampaikan lafad-lafad contoh
saja untuk tujuan memudahkan. Namun demikian para pembaca boleh menambahkan
dengan doa-doa lain yang sesuai dengan keadaan.
اللهُمَّ
أَعِزَّ الإسْلَامَ وَالْمُسلمين، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ،
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْن, اللهم أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ
وَالطُّغَاةَ وَالظَّالِمِيْنَ يا رب العالمين
“Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin,
dan hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrik. Ya Allah hancurkan musuh-musuh-Mu
yang merupakan musuh-musuh agama (Islam). Ya Allah binasakanlah kekufuran, thaghut
dan orang-orang yang zalim, wahai Rabb sekalian alam.”
اللهم اِنَّنَا نَجْعَلُكَ فى نُحُورِ أعداءِنَا و نَعُوذُ بِكَ مِنْ
شُرُورِهِم
اللهُمَّ بَدِّدْ شَمْلَهُم وَ فَرِّقْ جَمْعَهم و شَتِّتْ
كَلِمَتَهم و زَلْزِلْ أَقْدَامَهم يا قهَّار , يا جبَّار , يا مُنْتَقِم, يا
الله, يا الله, يا الله
“Ya Allah kami jadikan Engkau di hadapan
musuh-musuh kami dan kami berlindung pada-Mu dari kejahatan-kejahatan mereka.
Ya Allah cerai-beraikan himpunan mereka, pecah-belahkan kesatuan mereka,
cerai-berikanlah kalimah mereka, dan goncangkan kedudukan mereka, wahai Tuhan yang
Mahagagah, wahai Tuhan yang Mahakeras, wahai Tuhan yang Maha Membalas, Ya
Allah, Ya Allah, Ya Allah,”
اللهُمَّ
يَا مُنْزِلَ الْكِتَابَ وَيَا مُجْرِيَ السَّحَابَ وَيَا هَازِمَ الْأَحْزَابَ
اِهْزِمْهُمْ وَاْنصُرْنَا عَلَيْهِمْ
“Ya Allah, wahai Tuhan, yang menurunkan Al-Kitab,
wahai Tuhan yang menjalankan awan, wahai Tuhan yang mengalahkan tentara Al-Ahzab,
kalahkanlah mereka (orang-orang kuffar) dan bantulah kami menghadapi mereka.”
اللَّهُمَّ
أَنْجِ المسلمين في فلسطين اللَّهُمَّ أَنْجِ المسلمين في كُلِّ مَكَان,
اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ, اللَّهُمَّ أهْلِكْ
أمْرِيْكَانَ وَمَنْ وَالَاهُمْ, اللهُمَّ أَهْلِكِ الْيَهُوْدَ وَمَنْ وَالَاهُمْ
“Ya Allah, selamatkanlah kaum muslimin di
Palestina, Ya Allah selamatkanlah kaum muslimin di semua tempat. Ya Allah
selamatkanlah kaum-kaum yang lemah dari kalangan orang-orang yang beriman, Ya
Allah hancurkan Amerika dan sekutu-sekutunya. Ya Allah hancurkan Yahudi dan
sekutu-sekutunya.”
اللهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكْ، والْمُضْطَهَدِيْنَ فِيْ
دِيْنِهِمْ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ، اللهُمَّ انْصُرْ إخْوَانَنَا فِيْ فِلَسْطِيْن ،
اللهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، اللهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ،
وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ
“Ya Allah bantulah saudara-saudara kami para
pejuang di jalan-Mu, yang ditindas karena agama yang mereka anut di semua
tempat. Ya Allah bantulah saudara-saudara kami di Palestina, Ya Allah bantulah
mereka, Ya Allah bantulah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, Ya Allah
satukanlah kalimah mereka, dan saf-saf mereka, wahai Tuhan sekalian alam, wahai
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri, jika Engkau
tidak mengampunkan kami dan mengasihani kami, sudah pasti kami akan tergolong
dari kalangan orang-orang yang rugi.”
اللهم
اُنْصُرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُجَاهِدِينَ عَلىْ اليَهُود..اللّهم انْصُرْناَ
عَلَيْهِم فِي كُلِّ مَكَانٍ..اللّهمّ أَرِناَ فِيْهِمْ عَجَائِبَ قُدْرَتِكَ ..
اللّهمّ أًحْصِهِمْ عَدَداً وَاقْتُلْهُمْ بَدَداً وَلاَ تُغَادِرْ مِنْهُمْ
أَحَداً..اللّهمّ اجْعَلْهُمْ غَنِيْمَةً لِلْمُسْلِمِيْن..اللّهمّ اجْعَلْ سِلاَحَهُمْ
فِي صُدُوْرِهِمْ وَكَيْدَهِمْ فِي نُحُورِهِمْ وَتَدْبِيْرِهِمْ تَدْمِيْراً
لهَمُ , اللّهمّ اْجْعَلْ الملائكةَ تُعِيْنُ المسلمين ..اللّهمّ سَدِّدْ
رَمْيَهُمْ .. اللّهمّ سَدِّدْ رَصَاصَهُمْ
“Ya Allah, bantulah muslimin dan pejuang Islam
dalam pertempurannya dengan Yahudi. Ya Allah bantulah kami untuk mengalahkan
mereka di mana saja. Ya Allah tunjukkanlah kepada mereka keajaiban kuasa-Mu. Ya
Allah jadikanlah mereka dibilang, dan bunuhlah mereka sebinasa-binasanya, dan
janganlah Engkau lepaskan mereka walau seorang. Ya Allah jadikanlah senjata dan
harta mereka sebagai harta rampasan di tangan kaum muslim. Ya Allah jadikanlah
senjata mereka mengenai dada mereka sendiri, dan tipu daya mereka mengenai
tengkuk mereka, dan rancangan mereka penghancur mereka sendiri, Ya Allah
jadikanlah para malaikat membantu kaum muslimin. Ya Allah tepatkanlah tembakan
dan lontaran mereka.”
اللّهمّ
أَهْلِكْهُمْ كَمَا أَهْلَكْتَ إِرَمَ وَعَاد اللّهمّ صُبَّ عَلَيْهِمْ سَوْطَ
عَذَابِ فَإِنَّهُمْ أَفْسَدُوْا فِي البِلاَدِ وَقَتَلُوْا العِبَادَ , اللهم
انصُرْ إِخْوَانَناَ فِي لُبْناَن وَفِلَسْطِين وَافغانستان والعراق وَجَمِيْعِ
بِلاَدِ المسلمين
“Ya Allah hancurkanlah mereka sebagaimana Engkau menghancurkan
kaum Iram dan ‘Ad. Ya Allah palulah mereka dengan paluan azab karena mereka telah
melakukan kerusakan dalam negara dan membunuh para hamba-Mu. Ya Allah bantulah
saudara kami di Libanon, Palestina, Afganistan, Irak dan seluruh negara umat
Islam.”
اللّهمّ إِنَّا
نَجْعَلُكَ فِي نُحُورِ أَعْدَائِنَا ، ونَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ
اللّهمّ
مُنْزِلَ الكِتَابِ، وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، وَهَازِمَ الأَحْزَابِ، اِهْزِمْ
اليَهُودَ الغَاصِبِيْنَ المحُتَلِّيْنَ، وَانْصُرْناَ عَلَيْهِمْ وَزَلْزِلْهُم.
اللّهُمّ بَدِّدْ شَمْلَهُم وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ، و شَتِّتْ كَلِمَتَهُم ,
خَالِفْ بَيْنَ قُلُوبِهِم، ، وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُم , وَسَلِّطْ عَلَيْهِمْ
كَلْباً مِنْ كِلاَبِكَ يا قهار , يا جبار و يا مُنْتَقِمَ , اللهم أَنْزِلِ بِهِم
بَأْسَكَ الَّذِيْ لايُرَدُّ عَنِ القَوْمِ المُجْرِمِين.
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami
menjadikan-Mu sebagai dinding dari musuh-musuh kami, dan kami berlindung
dengan-Mu dari kejahatan mereka.”
“Wahai Tuhan kami, wahai Tuhan yang menurunkan Al-Kitab
(al-Quran), dan wahai yang menjalankan awan, dan wahai yang menghancurkan tentara
Al-Ahzab, hancurkanlah Yahudi perampas dan penjajah dan bantulah kami atas
mereka dan goyahkanlah mereka.”
“Wahai Tuhan kami, binasakanlah kesempurnaan
mereka, dan pecah-belahkanlah kesatuan mereka, dan gagapkanlah perkataan merek,
pecah-belahkanlah hati-hati mereka, goyahkanlah pendirian mereka, dan
hantarkanlah anjing ke atas mereka dari anjing-anjing suruhan-Mu, wahai Tuhan
Yang Mahagagah Perkasa, wahai Tuhan Yang Mahaberani, wahai Tuhan Yang Maha
Membalas, wahai Allah tuhan kami, turunkanlah ke atas mereka kemarahan dari-Mu
yang tidak mampu ditolak oleh kaum yang berdosa.”
الَّلهُمَّ
اَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَ اْلمشركينَ, أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
. الَّلهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ, وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ,
وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ, وَأَلْقِ فِى قُلُوْبِهْمُ الُّرعْبَ, إِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٍ
“Wahai Allah, hancurkanlah kaum kuffar dan
musyrik: musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh agamamu. Wahai Allah cerai-beraikanlah
persatuan mereka; cabik-cabiklah kesatuan mereka; goyahkan kaki mereka; dan
lemparkan rasa gentar ke hati mereka. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu.”
الَّلهُمَّ
اَعِزَّ اْلإِسْلَامَ و المسلمينَ وَاَهْلِكِ اْلكَفَرَةَ و المبتدعة و المشركين
أعدائك اعداء الدين اللهم شتت شملهم و مزق جمعهم و زلزل أقدامهم و الق في قلوبهم
الرعب انك على كل شئ قدير
“Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin,
dan hancurkanlah orang-orang kafir, dan orang-orang ahlu bid’ah dan orang-orang
musyrikin musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh agama-Mu. cerai-beraikanlah persatuan
mereka; cabik-cabiklah kesatuan mereka; goyahkan kaki mereka; dan lemparkan rasa
gentar ke hati mereka. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
الَّلهُمَّ
أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلَاةِ اْلمسلمينَ، وَاْنصُرِ اْلِاسْلَامَ وَالمسلمينَ
وَاَهْلِكِ اْلكَفَرَةَ وَاْلمبتَدِعَةَ والمشركينَ. وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إلى يومِ
الدِّيْنِ
“Wahai Allah perbaikilah para pemimpin-pemimpin
kaum muslimin, dan bantulah Islam dan muslimin, dan hancurkanlah kaum kuffar
dan orang-orang ahli bid’ah serta orang-orang yang musyrik, dan tinggikanlah
kalimah-Mu sampai hari kiamat.”
الَّلهُمَّ
أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي فَلِسْطِيْنَ ، الَّلهُمَّ انْصُرْهُمْ ،
الَّلهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى اْليَهُوْدِ اْلمجرمينَ وَمَنْ شَايَعَهُمْ
وَأَعَانَهُمْ ، الَّلهُمَّ اْلعِنْهُمْ ، الَّلهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ
سِنِيْنَ كَسِنِيْ يُوْسُفَ
“Ya Allah, berilah kemenangan pada dari kaum
muslimin di Palestina. Ya Allah, tolonglah mereka. Ya, Allah sempitkanlah
jalan-Mu atas orang-orang Yahudi yang nista, juga kepada sekutu dan pendukung
mereka. Ya Allah, jatuhkan laknat kepada mereka dan jadikanlah tahun-tahun yang
mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati Yusuf”
اَللَّهُمَّ
عَذِّبِ الْكَفَرَةَ وَأَهْلَ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ
سَبِيْلِكَ،اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلَامَ وَالْمُسلمين، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْن, اَللَّهُمَّ
أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالطُّغَاةَ وَالظَّالِمِيْنَ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْن،
“Ya Allah turunkanlah azab kepada kaum kuffar dan
ahli kitab yang menghalang dari jalan-Mu, Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum
muslimin, dan hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrik, Ya Allah hancurkan
musuh-musuh-Mu yang merupakan musuh-musuh agama-Mu (Islam), Ya Allah
binasakanlah kekufuran, thaghut dan orang-orang yang zalim, Wahai tuhan sekalian
alam.”
اَللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكْ، والْمُضْطَهَدِيْنَ فِيْ
دِيْنِهِمْ فِيْ كُلِّ مَكَان، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إخْوَانَنَا فِيْ فِلِسْطِيْن
وفي رُوْهِيڠيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
وَعَدُوِّهِمْ، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ، وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ، يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
“Ya Allah bantulah saudara-saudara kami para
pejuang di jalan-Mu, yang ditindas kerana agama yang mereka anut di semua
tempat. Ya Allah bantulah saudara-saudara kami di Palestina dan di Rohingya, Ya
Allah bantulah mereka, Ya Allah bantulah mereka berdepan dengan musuh-Mu dan
musuh mereka, Ya Allah satukanlah kalimah mereka, dan saf-saf mereka, wahai
Tuhan sekelian alam”
اللَّهُمَّ
قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ
رُسُلَكَ وَلاَ يُؤْمِنُوْنَ بِوَعْدِكَ، وَخَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ وَأَلْقِ
فِيْ قُلُوْبِهِمْ الرُّعْبَ، وَأَلْقِ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ إِلَهَ
الْحَقِّ.
”Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang
mencegah manusia dari jalan-Mu, yang mendustakan Rasul-rasul-Mu dan tak beriman
kepada janji-Mu. (Ya Allah) perselisihkanlah, hancurkanlah persatuan mereka,
timpakanlah rasa takut ke dalam hati mereka, timpakanlah kehinaan dan siksa-Mu
atas mereka. (Ya Allah) Ilah yang Haq.”